6 Dosa lisan yang harus di hindari
Seorang Muslim dikehendaki menjaga tindakan dan kata-katanya. Ini kerana perkataan dari mulut boleh menyebabkan perbuatan yang dianggap sebagai dosa. Dalam ajaran Islam, menjaga mulut menjadi sesuatu yang sangat penting. Allah SWT berfirman dalam beberapa ayat Al-Qur’an yang menegaskan tentang mulut. Demikian juga, hadis Rasulullah SAW tentang menjaga mulut.
Menjaga mulut adalah sesuatu yang ditekankan dalam Al-Qur’an surah Qaf ayat 18:
مَا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
Maksudnya: Tiada suatu perkataan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.
Ayat Al-Qur’an ini menegaskan bahawa setiap gerak-geri manusia, termasuk kata-kata dari mulutnya tidak luput dari pengawasan malaikat.
Dalam sebuah riwayat dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa yang menjamin padaku apa yang ada di antara dua janggutnya (bibirnya) dan antara dua kakinya (kemaluan), maka dia akan masuk syurga.”
Senada dengan hadis tersebut, Rasulullah SAW juga meminta umat Muslim untuk membatasi perkataan mereka. Hindari berbicara jika tidak penting.
“Janganlah kamu sekalian banyak-banyak berbicara selain berzikir kepada Allah. Sesungguhnya memperbanyak perkataan tanpa zikir kepada Allah akan mengeraskan hari, dan sejauh-jauh manusia adalah yang hatinya keras.” (HR. Tirmidzi).
Hadis lain juga menyatakan:
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, hendaklah dia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Perbuatan Mulut yang Menyebabkan Dosa Ada banyak perbuatan yang berasal dari mulut yang kemudian menyebabkan dosa. Menjaga mulut memang cukup sukar, terutamanya manusia sebagai makhluk sosial selalu berkomunikasi setiap waktu menggunakan mulut.
Berikut adalah Dosa-dosa yang datang dari perbuatan tidak menjaga lisan
- Ghibah (gosip/mengumpat)
Ghibah dapat diertikan dengan menyebut atau menceritakan hal yang tidak baik tentang seseorang. Ghibah juga terkadang menyebarkan aib orang lain, padahal perbuatan ini sangat dibenci oleh Allah SWT.Ghibah termasuk permulaan dari penyakit hati. Biasanya seseorang yang suka berghibah tidak akan tenang jika melihat orang bahagia, senang, dan gembira.
Daripada Abu Hurairah r.a, beliau berkata, Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: “Adakah kamu tahu apa itu ghibah?”
Mereka berkata: “Allah dan RasulNya lebih mengetahui. Baginda berkata: “Engkau menyebut sesuatu mengenai saudaramu dengan perkara yang tidak disukainya.”
Dikatakan: “Beritahu kepadaku, bagaimana sekiranya ada pada saudaraku itu apa yang aku katakan?
Baginda berkata: “Sekiranya ada padanya apa yang kamu katakan, maka kamu mengumpatnya, jika tiada padanya apa yang kamu katakan maka kamu telah memfitnahnya.”
(Riwayat Muslim, Abu Daud, al-Tirmizi, al-Darimi, Ahmad dan Ibn Hibban)
- Namimah (mengadu domba)
Mengadu domba terjadi saat seseorang ingin menghancurkan hubungan orang lain. Mengadu domba erat kaitannya dengan berdusta dan fitnah.Rasulullah SAW bersabda: “Tidakkah kamu ingin aku beritahukan kepada kalian tentang orang yang paling jahat di antara kalian”? Sahabat berkata: “Tentu, wahai Rasulullah.” Kemudian Nabi menyebutkan mengadu domba sebagai salah satunya.” (HR. Ahmad dari Abu Malik al-Asy’ari).
- Perbualan yang tidak bermanfaat
Rasulullah SAW mengajarkan umat Muslim untuk lebih banyak berdiam diri ketika tidak diminta untuk berbicara. Oleh itu, berusaha untuk menghindari perbualan yang tidak bermanfaat.“Salah satu tanda kesempurnaan Islam seseorang adalah meninggalkan yang tidak bermanfaat baginya.” (HR. At-Tarmizi).
Selain berpotensi mengundang datangnya dosa, perbualan yang tidak bermanfaat juga dapat membuang-buang masa. Nantinya, seluruh perbuatan kita akan diminta pertanggungjawaban oleh Allah SWT di hari akhirat.
- Perdebatan
Perdebatan seringkali berakhir dengan perpecahan. Oleh karena itu, Rasulullah SAW melarang umatnya yang gemar melakukan perdebatan.“Tidaklah sesat suatu kaum (dahulu) setelah Allah menunjuki mereka, kecuali karena mereka suka berdebat atau bertengkar.” (HR. At-Tarmizi).
- Berlebihan dalam bergurau
Bergurau adalah salah satu cara untuk menjalin keakraban, namun ada batasan yang tidak boleh dilampaui ketika bergurau. Bergurau yang berlebihan boleh menyakiti hati seseorang.Rasulullah SAW bersabda: “Janganlah kamu mendebat saudaramu dan janganlah kamu mencandainya.” (HR. At-Tarmizi).
Ada adab yang perlu diperhatikan ketika bergurau dengan sesama. Tujuan dari bergurau adalah sebagai hiburan, bukan sebagai pemicu perpecahan.
- Mengolok-olok orang lain
Manusia bukanlah makhluk yang sempurna, setiap orang memiliki kekurangannya masing-masing. Tidak sepatutnya kekurangan seseorang dijadikan bahan olok-olokan. Ini termasuk dosa yang disebabkan oleh mulut.Allah SWT berfirman dalam surah Al-Hujurat ayat 11, yang berbunyi:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّن قَوْمٍ عَسَىٰ أَن يَكُونُوا خَيْرًا مِّنْهُمْ ۗ وَلَا نِسَاءٌ مِّن نِّسَاءٍ عَسَىٰ أَن يَكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّ ۖ وَلَا تَلْمِزُوا أَنفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ ۖ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ ۚ وَمَن لَّمْ يَتُبْ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
Maksudnya: Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain, boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan). Dan janganlah pula wanita-wanita mengolok-olokkan wanita-wanita lain, boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan). Dan janganlah kamu saling mengejek, dan janganlah kamu memanggil dengan gelaran yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah beriman. Dan barang siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.
Demikianlah beberapa perbuatan yang menyebabkan dosa dari mulut. Seseorang terkadang mengucapkan perkataan yang menyakitkan hati sesama secara sedar ataupun tidak sedar. Oleh karena itu, lebih baik memperbanyak berdiam diri untuk menghindari dosa dari mulut.
وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
Maksudnya: “Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhirat, maka hendaklah dia berkata yang baik atau diam.” [Riwayat al-Bukhari]